GlobalSulbar.com, Mamuju, – Konferensi Cabang (Konfercab) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Mamuju yang ke XII melahirkan dualisme kepengurusan.
Hal itu diungkapkan oleh mantan ketua PMII cabang Mamuju yang ke 5, Muliadi, S.Sos, via WhatsAap, Selasa, (28/11).
Menurutnya, konfercab PMII Cabang Mamuju dilaksanakan di dua tempat yang awalnya dilaksanakan di aula kantor kanwil Kemenag, akan tetapi peserta Konfercab merasa dicurangi hingga tekanan dari luar, maka beberapa peserta memilih melaksanakan konfercab di aula Tomakaka.
“Yang saya dengar sebagian peserta merasa dicurangi makanya dia menarik diri dan melakukan Konfercab, soal konfercab persi mana yang benar dan salah bukan ranahnya saya menjawab itu”,
“Karena PMII punya aturan untuk menyelesaikan hal-hal seperti itu dan yang perlu di ingat PMII ini milik bersama bukan milik sekelompok orang yang merasa merawat dan menjaganya PMII, lalu mengendalikannya,” kata Muliadi
Ia menuturkan, kekisruhan yang terjadi di konfercab PC.PMII Mamuju, dilatar belakangi oleh kelalaian pengurus cabang periode 2022-2023.
Lebih lanjut, Muliadi menjelaskan, bahwa dirinya sudah tawarkan ke pengurus cabang dan BPK (Badang Pekerja Konfercab) sebelum melakukan konfercab untuk menyelesaikan dengan cepat persyaratan calon dan pemilik suara.
Namun, pengurus cabang tidak mengindahkan dan ia minta untuk kembali mengumpulkan alumni PMII Mamuju untuk musyawarah sebelum Konfercab.
“Saya mau buat apa mendengar hal tersebut, saat PC PMII adakan temu alumni PMII Cabang Mamuju, saya tidak memaksakannya, walaupun saya ini alumni dan mabincab tidak bisa memasuki soal tehnis PC PMII saya hanya bisa memberi saran,” jelasnya
Selain itu, kata Muliadi, terjadi dualisme Konfercab akibat perdebatan peserta Konfercab Yang menganggap seharusnya jumlah peserta penuh atau suara sah sebanyak 16 akan tetapi peserta lainnya mengatakan 19 suara, hal tersebutlah yang menjadi bibit konflik yang terjadi di arena Konfrensi Cabang.
Dirinya juga menambahkan, sejarah dualisme kepengurusan PMII Cabang Mamuju di masa Bakri Bestari dan Alamsyah itu sangat mengerikan dan sangat parah, Satunya memiliki SK dan satunya tidak dapat SK dan bersatu kembali di masa Eka Ali Akbar
“keduanya jalan karena cintanya ber PMII dan lahirlah kaya saya ini,”
“PMII Cabang Mamuju itu punya banyak Senior-senior yang hebat saya yakin, mendengar hal ini juga punya pemikiran sendiri”
“Saya ini hanya kader yang siap perintah senior, apalagi mau mengambil kebijakan atau keputusan khusus terhadap PMII Cabang Mamuju,” tutup Muliadi
(Kalam)